.
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Salam The KingAnda Bisa Menunda Untuk Berubah Karena Banyaknya Urusan. Tapi Hidup Tidak Pernah Menunda Urusannya Untuk Menunggu Anda Berubah. Sebuah rencana yang hebat dapat gagal hanya karena kurangnya kesabaran. ....
  • Salam The King: Jika anda tidak pernah merasakan kegagalan, itu artinya anda belum mengetahui artinya sebuah keberhasilan. ...
  • Salam The King: :Daripada Mengeluh Mawar bertangkai penuh duri, Lebih baik bergembira bahwa tangkai berduri itu berbunga mawar ...
  • Salam The King: Dunia ini ibarat sebuah lautan yang luas, dan kita adalah kapal yang berlayar dilautan yang telah banyak kapal karam didalamnya. Namun andai muatan kapal kita adalah iman,dan layarnya adalah takwa, yakinlah bahwa kita tidak akan pernah tersesat dilautan kehidupan itu. ...
  • Salam The King: :Jangan biarkan cintamu dalam ketakutan, percayalah bahwa akhirnya kamu dan dia akan hidup bersama. Saling percaya dan setia....
  • Kenangan Semasa SMK

    Sugeng rawuh/selamat datang di my Blogger,dapatkan informasi menarik setiap bulannya....

  • CAR FREE DAY Kota Klaten Bersinar

    Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain walau terkadang qt sllu mrasa di rugikan, jangan berhenti,sebelum Allah benar-benar memberhentikan langkah dan hidup qt. Jangan gampang menyerah selagi msih bs brnafas dan msh kuat berdiri. ..

  • Foto Ijazah,keren kan :p

    Hallo,apa kabar rekan pengunjung blogger,semooga sehat-sehat semua,, semoga info yang saya update bermanfaat untuk kita semua.amin....

  • TEKNIK KOMPUTER dan JARINGAN.

    Selamat membaca-baca isi blog sederhana saya semoga sempat berkunjung kembali:) ...

visitor

free counters

Jam

Minggu, 15 Juli 2012

BERBAGAI MASALAH BERKAITAN DENGAN DZIKIR DAN DOA

Posted by Handiyas Prabowo On 19.26 No comments


1.                   FAIDAH-FAIDAH DZIKIR
Saya menurunkan semua itu dari faidah-faidah yang telah disebutkan yang alim Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitabnya, Al-Wabil Ash-Shayyib.
1.       Bahwasannya dzikir itu mengusir syetan, menghantamnya dengan telak dan membinasakannya.
2.       Bahwasannya dzikir itu mengandung keridhaan Ar-Rahman Azza wa Jalla.
3.       Bahwasannya dzikir itu mengusir rasa sedih dan gundah di dalam hati dengan rasa sukaria, bahagia dan semangat.
4.       Bahwasannya dzikir itu menguatkan hati dan badan.
5.       Bahwasannya dzikir itu memberikan cahaya kepada wajah dan hati.
6.       Bahwasannya dzikir itu mengundang rezeki.
7.       Bahwasannya dzikir itu menyelimuti orang yang melakukannya dengan wibawa, rasa manisnya dzikir, dan kecerahan.
8.       Bahwasannya dzikir itu mewariskan rasa cinta yang merupakan ruh Islam, puncak perputaran agama, dan poros kebahagiaan dan keselamatan.
9.       Bahwasannya dzikir itu mewariskan rasa muraqabah ‘dipantau Allah’ sehingga dengannya seseorang memasuki pintu ihsan. Seseorang menyembah Allah seakan-akan ia melihat-Nya. Dan bagi orang yang lalai tiada jalan menuju dzikir hingga sampai ke maqam ihsan.
10.   Bahwasannya dzikir itu mewariskan taubat dan kembali kepada Allah Ta’ala.
11.   Bahwasannya dzikir mewariskan kedekatan kepada Allah Ta’ala; seukuran itu pula kedekatannya kepada Allah; dan seberapa kadar kelalaian seseorang kepada Allah; seukuran itu pula kadar jauhnya dari Allah.
12.   Bahwasannya dzikir itu membukakan baginya pintu agungdi antara pintu-pintu pengetahuan. Setiap kali seseorang memperbanyak kadar dzikirnya, bertambah pula pengetahuannya.
13.   Bahwasannya dzikir itu mewariskan rasa takut kepada Rabbnya dan semangat mengagungkan-Nya. Hal itu karena kekuasaan dahsyat atas hatinya dan kebersamaannya selalu dengan Allah Ta’ala, yang berbeda dengan orang lalai. Bahwa penutup rasa takut itu sangat tidak kentara dalam hati.
14.   Bahwasannya dzikir itu mewariskan kepadanya ingat kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu….” (Al-Baqarah: 152)
Jika tiada apa-apa dalam dzikir selain satu ini saja telah cukup utama dan mulia.
15.   Bahwasannya dzikir itu mewariskan kehidupan hati. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, “Dzikir bagi hati, bagaikan air bagi ikan. Maka, bagimana kondisi ikan jika meninggalkan air?”.
16.   Bahwasannya dzikir adalah makanan hati dan ruh.
17.   Bahwasannya dzikir itu membersihkan hati dari karatnya.
Tidak diragukan lagi bahwa hati berkarat seperti berkaratnya kuningan, perak, dan selainnya. Bersihnya hati adalah dengan dzikir. Sesungguhnya dzikir itu akan menjadikan hati cemerlang hingga seperti cermin yang bersih. Jika dzikir ditinggalkan, hati menjadi berkarat; dan jika berdzikir, maka hati menjadi cemerlang.
Hati menjadi berkarat karena dua hal: lalai dan dosa. Dan cemerlangnya karena dua hal: istighfar dan dzikir.
Barangsiapa yang kelalaiannya mendominasi waktu, maka akan menjadi berkarat yang berlapis-lapis pada hatinya. Karatnya sesuai dengan kelalaiannya. Jika hati berkarat, maka semua pengetahuan tidak akan tergambar sesuai dengan kenyataannya, sehingga melihat kebathilan dalam bentuk kebenaran; dan melihat kebenaran dalam bentuk kebathilan. Bila karat hati berlapis-lapis, suasana menjadi gelap sehingga tidak akan terlihat baginya bentuk kebenaran sebagaimana aslinya. Jika karat hati berlapis-lapis dan menghitam, lalu dilapisi pembusukan, rusaklah daya analisis dan daya pemahamannya sehingga tidak menerima lagi kebenaran dan tidak mengingkari kebathilan. Ini adalah siksaan hati yang paling dahsyat.
18.   Bahwasannya dzikir itu menggugurkan, lalu melenyapkan berbagai kesalahan. Dzikir adalah kebaikan yang paling agung; dan perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.
19.   Bahwasannya dzikir itu menghilangkan rasa hampa antara dirinya dan Rabbnya. Sesungguhnya bagi seseorang yang lalai, antara dirinya dan Rabbnya Ta’ala ada kehampaan, dan rasa hampa itu tidak akan hilang melainkan dengan dzikir.
20.   Bahwasannya apa yang dapat digunakan seseorang hamba untuk berdzikir kepada Rabbnya dengan mengagungkan-Nya, bertasbih kepada-Nya, atau bertahmid memuji kepada-Nya akan mengingatkan pelakunya pada saat dalam kondisi sulit.
21.   Bahwasannya seorang hamba jika mendekatkan diri kepada  Allah Ta’ala dengan dzikir kepada-Nya ketika dalam kondisi bahagia, maka akan mengetahui ketika dalam kesulitan.
22.   Bahwasannya dzikir itu menyelamatkan diri dari adzab Allah Ta’ala.
23.   Bahwasannya dzikir adalah sebab turunnya ketenangan, meluapnya rahmat, dan liputan malaikat. Hal itu sebagaimana disampaikan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam: yaitu sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam: “Tidaklah suatu kaum duduk, lalu berdzikir kepada Allah Ta’ala, melainkan mereka akan diliputi oleh para malaikat, dicurahi rahmat, turun kepada mereka ketenangan dan mereka akan disebut Allah di antara para hamba yang ada di sisi-Nya.” (Diriwayatkan Muslim, no. 2700).
24.   Bahwasannya dzikir adalah sebab yang menyibukkan lisan dari perbuatan ghibah, mengadu domba, berkata keji, berkata bathil.
25.   Majelis-majelis dzikir adalah majelis-majelis para malaikat, sedangkan majelis-majelis untuk main-main dan lalai adalah majelis-majelis syetan.
26.   Bahwasannya ahli dzikir akan merasa bahagia dengan dzikirnya dan para teman duduknya. Dia adalah orang yang penuh berkah di mana pun berada. Sedangkan orang yang lalai akan merasa sengsara dengan main-main dan kelalaiannya. Orang-orang yang bergaul dengannya akan merasa sengsara karenanya.
27.   Bahwasannya dzikir akan mengamankan setiap hamba dari kerugian pada Hari Kiamat. Dan sesungguhnya setiap hamba dalam mejelis yang tidak menyebutkan nama Rabbnya Ta’ala, maka akan mengalami kerugian di Hari Kiamat.
28.   Bahwasannya menangis dalam kesepian adalah penyebab naungan Allah Ta’ala bagi seorang hamba pada hari ketika semua manusia dihimpunkan di Mahsyar yang agung di bawah Arsy-Nya, sedangkan semua orang berada di bawah Arsy-Nya, sedangkan semua yang berada di bawah panas terik matahari yang melelehkan mereka di tempatnya. Sedangkan seorang ahli dzikir akan mendapatkan naungan di bawah Arsy Ar-Rahman Azza wa jalla.
29.   Bahwasannya menyibukkan diri dengan dzikir adalah penyebab bagi turunnya pemberian Allah Ta’ala bagi ahli dzikir yang merupakan pemberian terbaik yang diberikan kepada para peminta.
30.   Bahwasannya dzikir adalah ibadah yang paling mudah. Dan termasuk di antara ibadah yang paling manis dan utama. Sesungguhnya gerakan lisan adalah gerakan anggota badan yang paling ringan dan paling mudah. Jika salah satu anggota badan seorang manusia bergerak selama sehari semalam sama dengan gerakan lisan , pasti akan sangat berat terasa olehnya, bahkan hal itu tidak mungkin.
31.   Bahwasannya dzikir adalah ibadah tanaman surga. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa mengucapkan: Subhaanallahil ‘adhiim wa bihamdihi,’Maha Suci AllahYang Mahaagung dan segala puji hanya bagi-Nya’, maka ditanam baginya sebatang kurma dalam surga.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi, no. 3464; dan dishahihkan Al-Albani. Lihat Shahih At-Tirmidzi.)  
32.   Bahwasannya pemberian dan karunia yang diberikan karena dzikir tidak pernah diberikan karena amal yang lain apa pun.
33.   Bahwasannya berkelanjutan dalam dzikir kepada Allah Ta’ala akan memastikan adanya rasa aman yang terpancar dari lisan yang sering menjadi penyebab kesengsaraan hamba dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi. Maka sesungguhnya melupakan Rabb memastikan dirinya lupa kepada dirinya dan segala kemaslahatannya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (A l-Hasyr: 19)
34.   Bahwasannya dzikir akan memperjalankan seorang hamba sekalipun dia berada di atas kasurnya, di pasar, sehat atau sakit, senang dan bahagia, di tempat kerjanya dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring, bepergian, atau ketika mukim. Dengan demikian dalam hal waktu dan kondisi tiada sesuatu yang berlaku umum kapan pun dan bagaimana pun seperti berdzikir.
35. Dzikir adalah cahaya bagi ahli dzikir ketika di dunia, dalam kuburnya, dan di akhirat yang akan memancar di hadapannya di atas shirath ‘jembatan’. Oleh sebab itu, beliau sangat serius memohon cahaya kepada Rabb, sehingga beliau memintanya agar ada dalam daging tubuh dan tulang, urat-urat dan rambut, pendengaran dan penglihatan, atas dan bawah, kanan dan kiri, belakang dan depan beliau. Sehingga beliau berucap:
“Dan jadikanlah aku sebagai cahaya.”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon kepada Rabbnya agar menjadikan cahaya pada dzat beliau yang lahir ataupu n batin, dan sudi kiranya meliputi beliau dari segala penjuru. Maka, agama Allah adalah cahaya. Kitab-Nya adalah cahaya. Rasul-Nya adalah cahaya. Rumah-Nya yang disediakan untuk para wali-Nya adalah cahaya yang gemerlap. Allah Ta’ala adalah cahaya semua lapisan langit dan bumi. Diantara nama-nama-Nya adalah An-Nuur Ta’ala.

36. Bahwasannya dzikir adalah pokok segala asas. Jalan umum bagi semua kelompok dan sangat diharapkan semua wilayah. Barang siapa yang dibukakan dalam dzikir baginya, maka telah dibukakan pintu untuk masuk menuju kepada Allah Azza wa Jalla.   Hendaknya dia mensucikan diri dan datang kepada Rabbnya, dia akan menemukan di sisi-Nya segala apa yang dia inginkan. Jika dia menemukan Rabbnya Ta’ala, maka dia akan menemukan segala sesuatu. Dan jika dia meninggalkan Rabbnya Ta’ala, maka dia akan kehilangan segala sesuatu.

37. Bahwasannya dzikir itu menghimpun semua yang terpancar; dan memencarkan apa-apa yang telah terhimpun. Mendekatkan yang jauh; dan menjauhkan yang dekat. Dia menghimpun apa-apa yang telah terpencar-pencar dalam diri seorang hamba berupa hati dan kehendaknya; dan memencarkan apa-apa yang telah padu antara kesedihan dan kegalauan, kesedihan dan penyesalan. Juga memencarkan apa-apa yang terhimpun. Padanya berupa pasukan syaitan. Sesungguhnya iblis -laknat atas dirinya- yang masih saja mengirimkan pasukan patroli secara periodik, pasukan demi pasukan. Sedangkan dzikir mendekatkan akhirat dan menjadiakan akhirat besar dalam hatinya, mengecilkan dunia menurut pandanganya, dan sekaligus menjauhkan dunia itu dari hati dan lisannya.

38. Bahwasannya dzikir membangunkan hati dari tidur pulasnya dan membangkitkan dari ngantuknya. Jika hati tidur, maka akan ketinggalan segala macam keuntungan dan kesempatan berbisnis. Dan pada umumnya  mengalami kerugian

39. Bahwasannya dzikir adalah sebatang pohon yang membuahkan berbagai  pengetahuan.

40. Bahwasannya seorang ahli dzikir akan sangat dekat dengan Dzat yang dia berdzikir kepada-Nya. Dzat Yang dia bedzikir kepada-Nya. Dzat Yang dia bedzikir kepada-Nya  bersama-Nya. Kebersamaan ini adalah kebersamaan benuansa perlindungan dan cinta, pertolongan dan taufik. Hal itu karena firman Allah  Ta’ala,
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (An-Nahl: 128)
“Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut: 69)
“ Janganlah kamu berduka cita, sesunggunya Allah beserta kita.” ( At-Taubah: 40 ).
Seorang ahli dzikir adalah orang yang besar begiannya ketika mendapatkan kebersamaan tersebut, sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi. “Aku bersama hamba-Ku jika dia berdzikir kepada-Ku. Dengan-Ku kedua bibirnya bergerak.” ( Diriwayatkan Ahmad 2/540. dishahihkan Al-Albani. Lihat Shahih Al-Jami’, no. 1906 )

41. Dzikir itu seimbang dengan satu tebasan pedang di jalan Allah  Ta’ala setelah menginfakkan harta dan menunggang di atas punggung kuda di atas jalan Allah  Ta’ala.

42. Bahwasannya dzikir adalah pokok kesyukuran. Tidak dikatakan bersyukur kepada Allah  Ta’ala selama belum dzikir kepada-Nya.

43. Bahwasannya makhluk yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala adalah dari kalangan orang-orang beriman yang lisannya selalu basah karena dzikir kepada-Nya. Maka, dia menjadi orang yang ditetapkan di atas perintah dan larangan-Nya. Dzikirnya dijadikan syiar,dan ketakwaan memutlakkan dirinya untuk masuk surga dan selamat dari api neraka.

44. Bahwasannya tiada yang bisa menghilangkan sifat kekerasan hati, kecuali dzikir kepada Allah  Ta’ala. Seseorang berkata kepada Al-Hasan Al- Bashri Rahimahullah. “Wahai Abu Said, aku mengadukan kepada engkau tentang kerasnya hatiku?” dia menjawab, “Leburkan dengan dzikir.”

45. Bahwasannya dzikir adalah kesembuhan dan obat bagi hati. Lalai adalah penyakitnya. Hati-hati pada sakit dan kesembuhan serta obatnya ada dalam dzikir kepada Allah Ta’ala.

46. Bahwasannya dzikir adalah dasar dalam memanifestasikan Allah Ta’ala sebagai satu-satunya penolong, sedangkan lalai adalah dasar sikap permusuhan dengan-Nya. Seorang hamba selama masih dzikir kepada Rabbnya sehingga mencintai-Nya dan akhirnya menjadikan-Nya sebagai satu-satunya Penolongnya. Dan selama seorang hamba lalai kepada-Nya sehingga dia benci kepada-Nya lalu memusuhi-Nya.

47. Bahwasannya dzikir adalah sesuatu yang mampu menarik berbagai macam nikmat Dari Allah Ta’ala dan tidak ada sesuatu yang mampu mencegah berbagai macam bencana sebagaimana dzikir. Jadi dzikir menarik berbagai macam nikmat dan mencegah berbagai macam bencana. Sebagian kalangan salaf berkata, “Betapa buruk kelalaian itu dibanding dzikir, yaitu orang yang tidak lalai untuk bakti kepada-Mu.”

48. Dzikir memastikan shalawat dari Allah ‘Azza wa Jalla dan para malaikat-Nya kepada orang yang berdzikir itu. Siapa saja yang Allah Ta’ala dan para malaikat-Nya bershalawat atas-Nya, maka dia telah beruntung dan menang yang sesungguhnya.

Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan sore. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu)…” (Al-Ahzab: 41-43)
49. Bahwasannya barangsiapa  yang ingin tinggal dalam taman surga, hendaknya dia banyak tinggal dalam majelis dzikir. Majelis dzikir adalah taman surga.

50. Bahwasannya majelis dzikir adalah majelis para malaikat. Tiada majelis-majelis di dunia ini yang menjadi majelis mereka, kecuali majelis yang di dalamnya dzikir kepada Allah. Sebagaimana telah ada dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya Allah itu memiliki para malaikat yang selalu berkeliling di jalan-jalan untuk mencari ahli dzikir.” (Muttafaq ‘alaih, Al-Bukhari no. 6408, Muslim no. 2789)

51. Bahwasannya Allah Ta’ala membanggakan para ahli dzikir kepada para malaikat-Nya. Sebagaimana telah dikabarkan dari Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘Anhu, berkata, “Mu’awiyah keluar prig menuju sebuah halaqah di masjid, lalu berkata, “Apa yang menjadikan kalian duduk di sini?” Mereka menjawab, “Kami duduk untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala.” Dia berkata, “Apakah Allah tidak menjadikan kalian duduk, kecuali hanya untuk itu?” Mereka menjawab, “Allah tidak menjadikan kami duduk melainkan hanya untuk itu.” Dia berkata, sedangkan aku tidak akan bersumpah karena menuduh kalian semua.” Dia juga berkata, “Tiada seorangpun yang setingkat denganku yang lebih sedikit pembicaraannya daripada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih sedikit pembicaraannya dari padaku. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju ke sebuah halaqah para shahabatnya, lalu bersabda, ‘Apa yang menjadikan kalian duduk di sini?’ Para shahabat menjawab, ‘Kami duduk untuk dzikir kepada Allah Ta’ala, memuji-Nya atas petunjuk-Nya untuk kami kepada Islam dan dengan Islam Dia menganugerahi kami dengan kehadiran engkau,’ Beliau bertanya, ‘Apakah Allah tidak menjadikan tidak menjadikan kalian duduk, melainkan  hanya untuk itu?’ Mereka menjawab, ‘Demi Allah, Dia tidak menjadikan kami duduk melainkan hanya untuk itu.’ Beliau bersabda, ‘Ketahuilah sesungguhnya aku tidak bersumpah untuk menuduh kalian. Akan tetapi, Jibril ‘Alaihissalam telah datang kepadaku dan menyampaikan bahwa Allah membanggakan kalian semua kepada para malaikat.’” (Diriwayatkan Muslim no. 2701)

52. Bahwasannya semua amal itu disyariatkan untuk menegakkan dzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sehingga yang dimaksud dengannya adalah dihasilkannya dzikir kepada Allah Ta’ala. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “…Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Thaha: 14)
Disebutkan dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu bahwa dia ditanya, “Amal  apakah yang paling afdhal itu?” Dia menjawab, “Dzikir kepada Allah Yang Maha Besar.”

53. Bahwasannya ahli suatu amal yang paling afdhal adalah mereka yang dalam amalnya itu paling banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala. Maka, sebaik-baik puasa adalah yang paling banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala dalam puasanya. Sebaik-baik para jama’ah haji adalah yang paling banyak berdzikir kepada Allah. Sebaik-baik orang yang bersedekah adalah yang paling banyak berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla …. demikian dalam semua amal.

54. Mendawamkan dzikir mampu menggantikan berbagai ibadah tathawwu’ (ibadah sunnah). Baik yang bersifat badaniah maupun harta seperti haji tathawwu’. Hal itu ditegaskan dalam satu hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa orang-orang kafir yang turut dalam Hijrahdatang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya bisa melakukan berbagai amal yang tinggi derajatnya dan menikmati kesenangan yang terus-menerus. Mereka menunaikan shalat sebagaimana kami menunaikan shalat. Mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Sedangkan mereka memiliki kelebihan harta yang bisa mereka gunakan untuk menunaikan ibadah haji, umrah dan berjihad?” Beliau bersabda, “Maukah kau kuajarkan kepada kalian sesuatu yang dengannya kalian bisa mengejar orang yang mendahului kalian, dan orang-orang di belakang kalian akan mendahului  dengannya sehingga tiada seorang pun lebih utama dari pada kalian, kecuali orang yang melakukan apa-apa yang kalian lakukan?’ Mereka menjawab, ‘Ya,  wahai rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Bertasbihlah, bertahmidlah, dan bertakbirlah setiap usai shalat…’.” (Muttafaq ‘alaih, Al-Bukhari no. 843, Muslim no. 595)

Beliau menjadikan dzikir sebagai ganti dari berbagai  ibadah yang luput dari mereka, seperti: haji, umrah,dan jihad. Beliau juga menyampaikan bahwa mereka ini akan bisa mengalahkan mereka itu dengan dzikir ini.

55. Bahwasannya dzikir kepada Allah Ta’ala adalah sesuatu yang paling besar yang mampu membantu seseorang untuk taat kepada-Nya. Dzikir membuat ketaatan menjadi sesuatu yang sangat dicintai seorang hamba, menjadikannya sangat mudah, sangat lezat, dan penyejuk mata baginya.

56. Bahwasannya dzikir kepada Allah Ta’ala merubah yang sulit menjadi mudah, merubah yang rumit menjadi sederhana, dan meringankan berbagai hal yang berat.

57. Bahwasannya dzikir kepada Allah Azza wa Jalla menghilangkan semua hal yang menakutkan dalam hati dan memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam pencapaian rasa nyaman. Tiada sesuatu yang paling bermanfaat bagi orang yang mengalami rasa takut yang teramat sangat  selain dzikir kepada Allah Ta’ala.

58. Bahwasannya dzikir memberi kekuatan, sehingga dia mampu melakukan apa-apa yang tidak mampu dia lakukan. Tidak kah anda melihat bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada putrinya (Fathimah) dan menantunya (Ali Radhiallahu ‘Anhuma) agar bertasbih 33 kali,bertahmid 33kali , dan bertakbir 34 kali setiap malam billa keduanya hendak tidur. Pernah  Fathimah meminta kepada beliau seorang pembantu dan mengeluhkan pekerjaannya menumbuk tepung, mengambil air, dan melakukan berbagai macam tanda bakti. Beliau mengajarkan hal itu kepadanya lalu bersabda, “Sesungguhnya itu lebih baik bagi kalian berdua dari pada seorang pembantu.” (Diriwayatkan Al-Bukhari no. 3705 dan Muslim no. 2727).

Maka dikatakan bahwa orang yang mendawamkan dzikir itu akan mendapatkan kekuatan sepanjang harinya sehingga  tidak perlu lagi pembantu.

59. Bahwasannya semua amal untuk kepentingan akhirat selalu dalam bentuk diperlombakan. Orang-orang ahli dzikir adalah mereka yang menang dalam bentuk lomba itu.

60. Banyak berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla adalah pengaman dari kemunafikan. Maka sesungguhnya seorang munafik adalah orang yang sangat sedikit dzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Ta’ala berfirman tentang  orang-orang munafik, “Dan tidaklah mereka menyabut Allah kecuali sedikit sekali.” (An-Nisa’:142)

Ka’ab berkata, “Barangsiapa banyak berdzikir kepada Allah, maka dia akan bebas dari kemunafikan.”

               


0 komentar:

Posting Komentar